Selasa, 31 Maret 2009

Pendidikan Murah dan Efisiensi Biaya Pendidikan


Semenjak kebijakan desentralisasi pendidikan dilaksanakan, tahun 2001, mulai nampak terlihat perhatian yang cukup besar dari beberapa pemerintah daerah di Indonesia terhadap pendidikan. Hal ini terlihat dari kebijakan beberapa sekolah di berbagai daerah yang mendapat perhatian luar biasa dari Pemda sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal. Sebagai contoh sebuah sekolah di Papua yang saat ini dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. Pemerintah Daerah Papua telah mendirikan asrama untuk peserta didik yang berpotensi istimewa lengkap dengan biaya hidup asrama (akomodasi makan mencapai 3 milyar per tahun), mengirimkan dan menfasilitasi sister school dengan beberapa sekolah di Australia, membiayai pembinaan olimpiade, hingga salah seorang peserta didiknya mencapai prestasi internasional (meraih salah satu medali emas bidang fisika), mengirimkan sejumlah siswa ke Nagoya Jepang dan Afrika Selatan, meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan mengirim para guru menempuh pendidikan S2 ke Australia. Sungguh luar biasa.


Pendidikan sebagai usaha membentuk karakter peserta didik sesuai tujuan pendidikan, saat ini memang menghadapi tantangan yang tidak ringan. Sekolah / institusi pendidikan harus mempersiapkan SDM yang harus dapat berkompetisi di era global yang ditandai dengan tingkat persaingan yang tinggi serta begitu cepatnya perubahan yang terjadi. Pendidikan dengan demikian memerlukan pembiayaan yang memadai. Kesadaran itu sebenarnya di tingkat nasional telah nampak dan diusahakan untuk diimplementasikan diantaranya melalui penetapan anggaran pendidikan minimal 20%, meskipun kemudian disusul dengan keluarnya keputusan MK bahwa anggaran tersebut meliputi gaji. Kesadaran ini tentu memberi harapan agar segera terjadi perubahan dan peningkatan mutu pendidikan, tentang mutu pendidikan akan diuraikan sendiri, Kesadaran bahwa melalui pendidikanlah eksistensi bangsa ini dipertaruhkan setidaknya mulai muncul kembali.


Kajian kebijakan pendidikan diberbagai negara tidak dipungkiri selalu menunjukkan pergulatan antara "pemerataan dan mutu". Prioritas pemerataan terkadang mengabaikan mutu. Walaupun sulit untuk memisahkan setiap upaya kebijakan pendidikan dari mutu, sebab setiap kebijakan selalu mengandung konsep mutu, tinggal dari sudut pandang mana dilihat.


Pendidikan yang efisien dan berdaya saing lebih tepat. Pendidikan yang efisien tidak sama dengan pendidikan murah. Secara tekstual istilah efisien memang merujuk biaya yang sedikit, jarak yang depat, waktu yang singkat dan cara yang mudah. Akan tetapi efisien sesungguhnya lebih dikaitkan dengan target. Artinya, berapa jumlah biaya yang diperlukan, jarak yang harus ditempuh, waktu yang dibutuhkan dan cara yang digunakan sangat tergantung dengan target yang hendak dicapai.

Pada saat ini, semua pihak harus menyadari bahwa masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Prestasi pendidikan di Singapura dan Jepang menurut TIMS dan PISA mampu meraih peringkat 3 s/d 5, padahal Singapura jauh lebih muda di bandingkan Indonesia. Di asia tenggara saat ini, prestasi pendidikan kita hanya di atas Kamboja dan Myanmar dan di bawah Vietnam. Padahal Vietnam jauh lebih muda pula dibandingkan Indonesia.

Mengapa mereka maju, dilihat dari anggaran pendidikan, sudah jauh - jauh hari mereka memprioritas dengan mematok anggaran pendidikan antara 15% hingga 25% disertai usaha serius membangun jejaring internasional. Kita begitu bangga guru kita dikirim ke Malaysia, padahal mereka hanya pengganti para guru Malaysi yang sedang di kuliahkan ke negara Eropa dan Amerika.

Pendidikan yang berkualitas dengan demikian tidak bisa lepas dari biaya. Dibandingkan dengan negara lain, Jepang misalnya, maka penyelenggaraan pendidikan pada berbagai institusi di Indonesia masih jauh dari standar yang layak. Dari segi sarana saja, kita jauh tertinggal. Sarana pendidikan di Jepang, tidak semuanya mahal, bahkan banyak sarana praktek yang sederhana produk sekolah, walau tidak dipungkiri bahwa sarana pendidikan mereka sangat komplet, semua sekolah memiliki auditorium, lapangan sepakbola, lapangan tenis, ruang kegiatan siswa seperti ruang teater, pertunjukan, sarana olahraga dan pengembangan diri, ruang kantin standar, komputer canggih, ruang teknologi yang lengkap. Pengajaran di Jepang dilakukan dengan Team Teaching untuk mata pelajaran Science, matematika, bahasa dan ilmu sosial. (Jepang telah jauh melangkah dengan team teaching, sedang kita masih ramai mempermasalahkan team teaching hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran tertentu, mari kita belajar dari mereka yang tidak mau berdebat namun memandang secara positif setiap inisiatif dan usaha inovasi serta perbaikan pendidikan, termasuk team teaching yang ingin dilakukan para guru....), Jepang mengembangkan program lesson study yang dibiayai oleh pemerintah, mendatangkan guru bahasa Inggris dari Singapura dan Malaysia.

Mengapa Jepang melakukan semua itu ? Hal ini karena Jepang sadar betul apa fungsi pendidikan, dan sangat memahami beban biaya berapapun harus disediakan untuk mendidik anak bangsanya. Mereka sadar bahwa untuk mendidik anak yang "kaya hati, berfikiran jernih, berjiwa wangi, siap menghadapi perubahan, menghormati HAM" (tujuan pendidikan Jepang) harus dilaksanakan dengan sungguh - sungguh termasuk dalam membiayai berbagai aktivitas pendidikan yang seharusnya dilaksanakan agar target / tujuan tersebut tercapai secara optimal.
Kita pun harus belajar dari Pemerintah Malaysia.... akan penulis uraikan pada saatnya nanti.......

Anak bangsa kita masih memerlukan perhatian jauh lebih besar agar mereka tumbuh kembang dengan optimal, menguasai IPTEK dan yang sangat penting "berkarakter" seperti anak bangsa lain, yang jauh lebih maju.... "Karakter masyarakat dan anak bangsa kita harus kita perbaiki, karena karakter inilah, kita menjadi bangsa yang kurang dihormati bangsa lain, oleh Singapura / Malaysia umpanya... Perjalanan keluar negeri yang pernah penulis jalani, menunjukkan bangsa kita menjadi kurang bermartabat dan kurang terhormat, bukan karena bangsa asing ingin merendahkan kita.... tetapi karena karakter dan perilaku kita sendiri yang kurang bermartabat... jauh dibawah standar budaya bangsa - bangsa lain... " tentang ini penulis akan uraikan pada kesempatan lain...."

Akhirnya .... mari kita kumandangkan "PENDIDIKAN EFIESIEN DAN BERDAYA SAING"....
Bila bukan rakyat yang membiayai tentu pemerintah yang bertanggungjawab.... pendidikan memerlukan usaha sungguh - sungguh... dan kita masih memerlukan biayai yang sangat besar untuk mencapai standar pendidikan yang sejajar dengan bangsa lain.

Bagaimanakan pendidikan yang efisien itu ? Mari kita diskusikan... penulis akan menguraikan pada kesempatan lain....